Soedoet Pandang

Home » Politika » PERWIRA SEJATI DAN PERWIRA TIKUS

PERWIRA SEJATI DAN PERWIRA TIKUS

TENTANG KAMI

Di era digital, kita diserbu informasi yang datang berjejal-jejal setiap waktu, sepanjang waktu. Tapi, sebagaimana yang dikhawatirkan Aldous Huxley dalam novelnya yang terkenal, "Brave New World", yang mestinya kita khawatirkan di masa kini bukanlah kemungkinan terkekangnya kebenaran, melainkan kemungkinan tidak adanya kebenaran pada seluruh informasi yang membanjir tadi. Informasi yang datang bertubi-tubi juga tak selalu membuat kita bisa memahami keadaan dengan jernih. Kadang, informasi yang datang bertubi-tubi membuat kita kehilangan sudut pandang. Dan tanpa sudut pandang, informasi hanya akan menjadi teka-teki. Ia tak membawa pengertian, malah kebingungan. Kami ingin menyumbangkan itu, memberi Anda sudut pandang atas berbagai informasi yang mengitari kita, dan atas berbagai peristiwa yang telah dan tengah berlangsung. Dengan sudut pandang, Anda jadi mempunyai banyak cara dalam mencerna sebuah informasi dan memahami sebuah peristiwa, baik yang aktual maupun historikal. Selamat menikmati SOEDOET PANDANG.

Arsip yang Lalu

eros-djarot

 

Oleh Erros Djarot

Pemimpin Redaksi Tabloid DETAK

 

Seorang perwira sekelas Prabowo, yang telah dengan berani mengakui kesalahan dan mau bertanggung jawab atas nama kedudukannya sebagai komandan, oleh DKP ter­nyata diasumsikan bersalah hanya karena salah menerjemahkan (menganalisa) komando. Sehingga layak bila kita pun bertanya, siapa gerangan sang pemberi komando yang masih bersembunyi dalam lorong itu?

 

Seorang perwira, belum tentu berjiwa kesatria. Karena untuk mewarisi jiwa kesatria, memang tidak mudah. Minimal, se­orang kesatria harus berani mengaku bersalah pada saat melakukan kesalahan. Selainnya, selalu berani menyatakan ke­benaran, walau karena keberaniannya dirinya harus menanggung aki­bat yang paling buruk sekalipun. Maka, hanya perwira berjiwa kesatrialah yang bisa disebut sebagai perwira sejati.

Dalam dunia keperwiraan, tidak sedikit juga perwira yang berjiwa “tikus”. Hobinya hanya menggerogoti apa saja dan pandai melakukan gerakan “colong playu(lari dari tanggung jawab). Biasanya perwira “tikus” ini memiliki banyak lorong persembunyian. Termasuk menyembunyikan kebenaran maupun seluruh niat dan perbuatan jahatnya ke dalam lorong gelap peradaban. Tapi pada saat bahaya datang mengancam dirinya, bila perlu ia akan meninggalkan lorongnya—sekalipun sejumlah anak-anaknya masih tertingal di dalam. Begitulah watak dasar makhluk yang bernama tikus.

Perbuatan sanggup mengorbankan anak (buah), yang menjadi ciri dari tabiat tikus, ternyata dianut pula oleh para perwira “tikus”. Ini berbeda benar dengan perbuatan seorang perwira sejati yang rela berkorban demi kehormatan dan keutuhan anak buahnya. Seorang perwira sejati menganut falsafah hidup seorang kapten kapal; ia rela mati bersama tenggelamnya kapal. Dan, sebelum itu ter­jadi, terlebih dahulu ia perintahkan seluruh awak kapal untuk menye­lamatkan diri, kecuali dirinya.

 

Pada hakikatnya, dan ini perlu kita sepakati, seseorang melakukan kesalahan adalah manusiawi. Tapi melimpahkan kesalahan hanya pada seseorang, apalagi seorang anak buah, jelas merupakan tindakan tak manusiawi, yang hanya mungkin dilakukan oleh seorang pengecut.

 

Ekspresi kebesaran jiwa kesatria yang membanggakan dan meng­harukan ini sebenarnya dapat kita pelajari dan resapi makna sakral­nya dengan menyediakan sedikit waktu menonton sepenggal adegan dari film Titanic garapan sutradara James Cameron. Walau hanya adegan dalam sebuah film, paling tidak rasa hormat terhadap tang­gung jawab mempertahankan harga diri dan kehormatan korps dapat kita hayati dengan segala perasaan dan kesadaran. Oleh karenanya, mungkin perlu dipertimbangkan untuk menjadikan film Titanic seba­gai tontonan wajib para perwira.

Seluruh ilustrasi di atas bisa jadi merupakan bahan yang menarik sebagai pintu masuk untuk mendalami permasalahan yang tengah dihadapi oleh Dewan Kehomatan Perwira (DKP). Karena lewat ruang ‘persidangan’ merekalah kita akan segera tahu mana perwira sejati dan mana perwira jenis “tikus”. Pada hakikatnya, dan ini perlu kita sepakati, seseorang melakukan kesalahan adalah manusiawi. Tapi melimpahkan kesalahan hanya pada seseorang, apalagi seorang anak buah, jelas merupakan tindakan tak manusiawi, yang hanya mungkin dilakukan oleh seorang pengecut.

Tapi sepandai-pandainya tikus, manusia yang cerdik pasti bisa menangkapnya. Salah satu caranya adalah dengan membuat jebakan yang diberi umpan agar sang tikus terpancing keluar dari lorong persembunyian. Cara ini, selain memerlukan kesabaran, memerlukan juga kecermatan membaca waktu dan isyarat. Inilah cara yang paling murah, sedikit risiko, dan cukup efektif bila dilakukan secara tepat. Sedangkan cara lain, misalnya dengan membakar seluruh lahan atau menebar gas beracun agar tikus-tikus keluar dari sarang persem­bunyiannya, merupakan cara yang mahal dan mengandung risiko tinggi. Salah-salah kobaran apinya justru akan melahap segalanya, atau gas beracun yang ditebarkan dapat mematikan semua yang ada.

Dalam kaitan kerja Dewan Kehormatan Perwira (DKP), menen­tukan sikap dan cara menjaring para perwira “tikus” inilah yang banyak dinantikan publik. Seorang perwira sekelas Prabowo, yang telah dengan berani mengakui kesalahan dan mau bertanggung jawab atas nama kedudukannya sebagai komandan, oleh DKP ter­nyata diasumsikan bersalah hanya karena salah menerjemahkan (menganalisa) komando. Sehingga layak bila kita pun bertanya, siapa gerangan sang pemberi komando yang masih bersembunyi dalam lorong itu? Menanti jawaban inilah yang membuat seluruh capaian kerja DKP merjadi antiklimaks bila banya berhenti sampai sebatas menyeret Prabowo ke Mahkamah Militer sekalipun.

 

prabowo-subianto-01

 

Bila pernyataan resmi ketua DKP, Jenderal Subagyo, mengarahkan kita untuk meyakini bahwa komando yang diterima Prabowo bukan berasal dari Panglima Tertinggi (Pangti) maupun Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab), maka satu jabatan yang tersisa dalam struktur organisasi TNI AD adalah lembaga Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

Hanya, masalahnya, pada saat penculikan para aktivis terjadi, siapa sang jenderal berbintang empat yang duduk dalam jabatan sebagai KSAD?

 

prabowo-gatra

 

Yang membuat tanda tanya di atas menjadi lebih bermuatan mis­teri tingkat tinggi, pada saat peristiwa penculikan terjadi jabatan KSAD diduduki oleh dua jenderal berbintang empat dalam dua peri­ode waktu yang saling berbeda. Dari rumor yang berkembang maupun dari berbagai sumber yang sempat dimintai keterangan dan tanggapan, tembakan anak panah ternyata cenderung ditujukan hanya pada seorang jenderal berbintang empat.

Mengapa hanya seorang yang cenderung dituju? Jawabannya masih belum juga dapat secara pasti kita dapatkan. Kecuali bila DKP mengumumkan secara resmi siapa sang jenderal yang diasumsikan publik sebagai sang pemberi kornando. Selama hal ini tak pernah ter­jadi, ada baiknya bila semua pihak tetap berpegang pada asas praduga tak bersalah.

Untuk sementara, bagi para perwira yang secara kesatria berani rnengakui perbuatan salah yang pernah dilakukannya, patut kita berikan penghargaan yang layak. Sekalipun sangat sulit menghargai perbuatan yang pernah dilakukannya. Apa pun penilaian dan vonis yang akan dijatuhkan baik oleh pihak DKP maupun oleh publik secara lepas dan bebas, ada baiknya bila segala sesuatu yang bersifat pribadi dijauhi, sejauh persoalan hukum, etik dan poilik masih ber­ada dalam ruang tanpa dinding pemisah yang pasti.

Tanpa keinginan menegakkan sikap ini, bukan tidak mungkin kita semua malah menjadi “tikus” itu sendiri.

 

*) Tulisan ini pernah dimuat di Tabloid DETAK. Dicuplik dari buku Erros Djarot, dkk., Prabowo Sang Kontroversi (Jakarta: Media Kita, 2006)

 


41 Comments

  1. Dinar says:

    Negarawan Sejati yang sangat perduli dengan generasi muda dan warisan budayanya, Beliau bentuk pribadi saya menjadi kokoh dan kuat, menjadi orang yang mencintai kebudayaan negeri sendiri, perduli dengan lingkungan.

  2. Dinar says:

    satu ketika dalam satu karantina kegiatan tingkat nasional kami berbaris dalam kondisi hujan deras, ketika itu beliau yang memimpin untuk apel, padahal tenda sudah disiapkan, Akan tetapi bapak malah minta tenda itu di buka dan beliau memilih kehujanan bersama-sama dengan kami dalam apel tersebut. Sungguh pemimpin sejati yang tidak pernah mementingkan kenyamanan diri sendiri. Garuda 315.1990 God Bless You

  3. Dinar says:

    Pemimpin yang mau mengakui kesalahan itu adalah pemimpin yang berjiwa kesatria.

  4. gwino says:

    Singkat saja… saya sangat mengidolakan beliau

  5. nasrilbagindorajo says:

    maju truuusss….

  6. PUTERA MALIK says:

    Semoga pak bowo memimpin NKRI ini bersama Yusril IM atau dgn JK,

  7. RINA says:

    semoga jadi presiden RI berikutnya

  8. Ya Allah berikanlah kesempatan kpd Pak Prabowo untuk membuktikan suatu kebenaran diatas setumpuk keburukan, berikanlah Hidayah Mu kepada Prabowo Subianto dan bimbinglah beliau dijalan yang Engkau ridhoi untuk membasmi kedzoliman para penguasa dan Jenderal2 berjiwa tikus, demi kesejahteraan Rakyat Indonesia dan memperbaiki harkat derajat serta martabat Bangsa Indonesia diseluruh Dunia dan khususnya dimata MU ya Allah, Amin YRA.

  9. ardiansyah says:

    Jenderal Prabowo Sang Patriot sejati

  10. satrio aji says:

    Jiwa ksatria dan berani bertanggung jawab sudah langka di negri ini sebab sikap ksatria secara nyata sangat tidak populer..tapi kita masih punya, Jendral Prabowo Subianto, perwira yg punya sikap ksatria

  11. rockstones says:

    semoga anda amanah bila trpilih jd presiden jenderal! lmbat laun sya mulai mengagumi engkau sang patriot sejati!!

  12. Suvri Yadi says:

    HIDUP PRABOWO!!! SEMOGA ALLAH MERIDHOI NIAT TULUSMU UNTUK NEGERI INI… AMIIINNN…

  13. win says:

    Bravo

  14. Apul says:

    Satria adalah originalitas sikap dan atitude dan bukan kepura2 an karena biasanya di ambil pada saat genting dan mendesak….. Gemblengan keras TNI sampai posisi jendral ternyata tdk sepenuhnya membuat jendral2 tersebut bersikap Satria……kasihan prajurit di Medan Perang jika pimpinannya balik Badan saat kondisi genting.
    Siapa pun presiden Nya kita harus dorong Peristiwa ini di buka dan diusut tuntas agar tdk Ada kebohongan dan pembohongan terhadap rakyat….para jendral sebaiknya membuka dan jangan berlindung pada alasan kepentingan rakyat…katakan yang benar itu benar walaupun pahit, rakyat sudah cerdas dan akan memberi apresiasi

  15. Arsunan says:

    ….patut diberi Double thumbs….. Bravo !!….

  16. […] Perbuatan sanggup mengorbankan anak (buah), yang menjadi ciri dari tabiat tikus, ternyata dianut pula oleh para perwira “tikus”. Ini berbeda benar dengan perbuatan seorang perwira sejati yang rela berkorban demi kehormatan dan keutuhan anak buahnya. Seorang perwira sejati menganut falsafah hidup seorang kapten kapal; ia rela mati bersama tenggelamnya kapal. Dan, sebelum itu ter­jadi, terlebih dahulu ia perintahkan seluruh awak kapal untuk menye­lamatkan diri, kecuali dirinya. Berita lengkap […]

  17. 春の青い says:

    Reblogged this on Reira Lee.

  18. deoreiki says:

    Semoga keadilan bisa terkuak….

  19. Ajisaka says:

    Dari sudut pandang yang lain, yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Bpk. Erros Djarot, sepertinya dijadikan pembenaran atas sebuah kesalahan.

    Sebuah perintah yang disalahpersepsikan (baca: digunakan untuk melukai rakyat), dianggap sebagai bukan merupakan sebuah masalah, demi mencari perwira yang berjiwa tikus itu tadi.

    Menurut pendapat saya pribadi, mengakui kesalahan adalah benar merupakan tindakan yang ksatria. Namun, dengan menolak untuk melakukan perintah yang tidak sesuai dengan nurani, justru jauh lebih berharga daripada pengakuan atas sebuah kesalahan seperti itu.

    Dan bagi keluarga yang ditinggalkan oleh sekian jiwa yang dengan sengaja dihilangkan itu, bukan sebuah pengakuan salah yang dibutuhkan; namun pengakuan siapa yang ada di belakang itu, atau bahkan alasan apa yang mendasari perbuatan itu, jauh lebih penting.

    Sehingga semua menjadi terang benderang. Sehingga jiwa yang hilang pun bisa damai di atas sana.

    Salam.

  20. siti sundari says:

    Patut dimengerti n dihargai bpk prabowo tdk mnjwb vulgar krn hatinya n jiwa prajuritnya, sapta marganya yg tertancap sngt dalam di sanubarinya.. tdk mnyebut n mnyeret nama2 perwira lain demi tegaknya NKRI….! Ckp dirinya yg jd korban…mmbela anak buah dan tnh tumph darahnya.he is the best man n the best soldier.

  21. PAK LETJEN PRABOWO SUBIANTO…………… JANGAN MUNDUR…….. UNTUK KEBAIKAN NEGERI INI KAMI BERDOA SEMOGA TUHAN MEMBUKAKAN HATI RAKYAT INDONESIA MEMILIH BAPAK JADI PRESIDEN PERIODE 2014/2019 AMIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIN!!!!!!!!!!!!! BIARKAN ABAIKAN JENDRAL TIKUS BERKOAR-KOAR……. KARENA RAKYAT BAPAK JUGA SUDAH PINTAR……………..

  22. rusdian says:

    saya Anak seorang militer sehingga tahu persis karakter militer ,berani tidak silau dengan uang berjuang terus untuk negara ,meskipun harus dengan nyawa….itulah prajurit TNI

  23. Achmad says:

    Semoga perwira tikus cepat terkuak,dan keadilan bisa di tegakan ,bravo jendral

  24. zulnadi says:

    Maju teros prajurit, bersihkan negeri ini dari jual menjual asset negara, beking membeking berbagai usaha mata sipit dan jangan gentar, rakyat bersama mu

  25. moga ALLAH SWT. memberikan jalan kemudahan tuk u pak.Prabowo,,,,,

  26. gprabowo says:

    Semoga menjadi RI 1

  27. irmannd says:

    Alhamdulillah, saya pernah bertemu dengan beliau. Pertemuan yang tak disengaja dan tak disangka-sangka. Kesan saya pada beliau sangat positif. Beliau layak menjadi pemimpin negeri ini.

  28. Ardi says:

    Disamping salut dengan Prabowo, saya salut juga dengan Eros Djarot yang telah membukakan wawasan kita

  29. kskn60 says:

    Prabowo is the best ……….. maju terussssssssssss…Prabowo kebenaran pasti akan berpihak

  30. ayu ningtyas says:

    Allah swt maha tau maha mendengar dan maha segalanya. Sing becik ketitik sing olo ketoro. Smua ada waktunya. Mungkin ini sdh menjadi kehendak sang Illahi bahwa kebenaran diatas segalanya. Kpd sahabat diseluruh bumi nusantara, apabila anda ingin Negri kita ini bangkit. Mari kita semua Selamatkan Negri tercinta ini bersama bp Prabowo Subianto.

  31. rhea arella says:

    Manusia dapat “mempermainkan” sejarah, tetapi
    Doa dapat “mengembalikan” dan “menciptakan” sejarah!!

  32. ganteng says:

    wkwkwkkww..aneh yo…hanya melihat dari sisi pengakuan…tp coba lihat dari sisi akibat yang ditimbulkan bung…ckckckckc….kita boleh saja mengidolakan sesuatu..tp ingat..diatas yg baik masih ada yg lebih baik…hehehehe…

  33. rina says:

    hidup PRABOWO!

  34. sefrina sari says:

    Makin hari makin muak liat muka jendral tikus itu muncul di media… saat pak prabowo dituding dan diftnah, dia spt cuci tangan? Dikira rakyat bodoh dan tdk paham dg birokrasi kemiliteran… pak prabowo rela menanggung kesalahan anak buahnya… sedangan panglima saat itu yg notabene pemberi perintah pada kemanaaaa? Klo pak prabowo di MM kan, hrusnya tikus2 itu duluan yg di mejahijaukan!
    semoga kebenaran segera menampakkan wujud aslinya

    Maju terus PRAHA

  35. esther says:

    Ya allah jgn Kau biarkan negara ini dipimpin oleh Perwira Tikus iTu

  36. Sukarmo says:

    Semakin banyak kita baca perihal Bpk Prabowo semakin saya yakin inilah Figur Pemipin Kita

  37. aries says:

    Kebenaran boleh saja kalah Jendral,tapi kebenaran tidak pernah salah….semoga anda menjadi pemimpin yg amanah..Salam Indonesia Raya.

Leave a reply to Dinar Cancel reply