Soedoet Pandang

Home » Politika » KESAKSIAN SUMITRO TENTANG PRABOWO

KESAKSIAN SUMITRO TENTANG PRABOWO

TENTANG KAMI

Di era digital, kita diserbu informasi yang datang berjejal-jejal setiap waktu, sepanjang waktu. Tapi, sebagaimana yang dikhawatirkan Aldous Huxley dalam novelnya yang terkenal, "Brave New World", yang mestinya kita khawatirkan di masa kini bukanlah kemungkinan terkekangnya kebenaran, melainkan kemungkinan tidak adanya kebenaran pada seluruh informasi yang membanjir tadi. Informasi yang datang bertubi-tubi juga tak selalu membuat kita bisa memahami keadaan dengan jernih. Kadang, informasi yang datang bertubi-tubi membuat kita kehilangan sudut pandang. Dan tanpa sudut pandang, informasi hanya akan menjadi teka-teki. Ia tak membawa pengertian, malah kebingungan. Kami ingin menyumbangkan itu, memberi Anda sudut pandang atas berbagai informasi yang mengitari kita, dan atas berbagai peristiwa yang telah dan tengah berlangsung. Dengan sudut pandang, Anda jadi mempunyai banyak cara dalam mencerna sebuah informasi dan memahami sebuah peristiwa, baik yang aktual maupun historikal. Selamat menikmati SOEDOET PANDANG.

Arsip yang Lalu

Mitro - Bio Crop Outer copy

 

Soeharto memendam prasangka buruk bahwa Prabowo bersama-sama Habibie sedang menggalang persekongkolan untuk menumbangkannya. Sebagaimana tradisi dalam riwayat raja-raja Mataram yang dikudeta oleh kalangan istana sendiri, maka “putra mahkota” Prabowo agaknya tengah mengatur siasat untuk mendongkel sang raja, Soeharto. Cerita-cerita semacam ini sudah beredar luas sedari awal tahun 1998 dan menjadi bahan spekulasi politik yang semakin panas di kalangan masyarakat. Menurut Sumitro, dalam hal ini Soeharto rupanya telah termakan isu yang diembuskan putra-putrinya—yang di hari-hari terakhir memiliki hubungan yang semakin buruk dengan Prabowo.

Cerita-cerita miring boleh jadi meluas dengan cepat, sebab diketahui bahwa di luar istana terdapat pula sebarisan perwira tinggi ABRI yang memandang dengan penuh perasaan cemburu terhadap karier Letjen Prabowo yang menanjak dengan pesat. “Kenaikan pangkat yang cepat dari anak saya itu sudah jelas mengundang ketidaksenangan bagi beberapa orang. Kondisi kecemburuan seperti ini sudah merupakan sifat umum dari manusia di manapun.[1]

Salah satunya yang tidak lagi menyembunyikan rasa bencinya terhadap Prabowo ialah Pangab Jenderal Wiranto. Bersama kelompoknya, niscaya Wiranto dalam posisi terus mengintai, dan bahkan mungkin sebagai pihak yang berusaha mengambil inisiatif. Ia tentu tak menyia-nyiakan kesempatan begitu melihat ada peluang agar dapat menghempaskan Prabowo. Wiranto di sekitar tanggal 21 Mei 1998 kabarnya mengeluh kepada mantan Presiden/Pangti Soeharto mengenai pergerakan Prabowo. Mendengar keluhan itu, Soeharto langsung “menginstruksikan” agar Prabowo segera dilepaskan dari pasukan. “Copot saja Prabowo dari Kostrad!” Wiranto, masih menurut sumber yang sangat dipercaya pula, konon sempat bertanya lagi apakah Prabowo harus dilempar ke teritorial, ke Irian Jaya, atau entah ke mana? “Ndak usah, kasih saja pendidikan. Bukankah keluarganya intelektual,” ser­gah Soeharto, tampaknya ia hendak menyindir keluarga Sumitro.

Malam hari sebelum pengumuman, Prabowo menelepon kepada ayahnya memberitahu bahwa ia akan disingkirkan. “Saya dikhianati,” kata Prabowo. Oleh siapa? “Papi nggak percaya kalau saya bilang, saya dikhianati oleh mertua. Dia bilang kepada Wiranto, singkirkan saja Prabowo dari pasukan,” tambah Prabowo.

Prabowo tentu saja sangat kecewa dengan perlakuan keluarga Cendana. Untuk membela diri, Prabowo menulis surat kepada Soeharto. Tapi, justru surat Prabowo itu dinilai tak pantas oleh keluarga Cendana.

Tanggal 25 Mei 1998: Letjen Prabowo Subianto resmi dicopot dari Pangkostrad, dan dikirim ke Bandung untuk menjadi Komandan Sesko ABRI. Tak berapa lama, setelah pemeriksaan Dewan Kehormatan Perwira (DKP), bahkan karier militer Prabowo diakhiri oleh Wiranto. Akhirnya, Prabowo memutuskan untuk memilih menjadi pengusaha di luar negeri, guna menyusun hidup yang baru. Sebelum berangkat, ia sempat melapor kepada Pangab Jenderal TNI Wiranto, dan kala itu Wiranto sempat berkomentar singkat, “Ya, sudah pergi saja ke luar, tak apa-apa. Jauhkan pikiran kamu dari Mahmil!”

 

prabowo007

Menyaksikan tragedi yang menimpa Prabowo, tentu saja sebagai orang tua, Sumitro menganggap itu sebagai cobaan yang berat dalam kehidupan. Tapi, itu tidak lantas membuat keluarga ini harus merasa terpukul apalagi terpuruk. Dengan suara tetap lantang dan tenang Sumitro berkata, “Prabowo mesti tetap tabah dan lebih kuat lagi. Masalahnya bukan ia dipukul, tapi bagaimana ia bisa bertahan. Saya bangga Prabowo tabah. Ujian buat saya dan isteri saya dalam kehidupan jauh lebih dari itu, habis dari menteri lalu tiba-tiba jatuh jadi buronan, ha..ha..ha!”

Kepada Prabowo, Sumitro cuma berujar singkat, “Begini, sekarang kamu dijadikan sasaran macam-macam. Jangan harapkan teman-teman kamu sendiri akan membantu. Orang yang berhutang budi terhadap kamu pun bakal meninggalkan kamu. Tapi, dalam keadaan segelap apa pun niscaya masih ada orang-orang baru yang akan membantu. Jadi harus tabah. Kedua, jangan merasa kasihan pada dirimu sendiri, jangan menjadi dendam, ini kehidupan sendiri, hadapilah!” kata Sumitro seraya mengingatkan bahwa Sumitro sudah beberapa kali mengalami hal serupa bahkan yang lebih buruk dari itu.

 

Di depan DKP, Prabowo mengungkapkan mengenai daftar sembilan aktivis yang harus diculik yang ia dapat dari atasannya, seraya mengatakan bahwa kesembilan orang itu menjadi tanggung jawabnya dan telah ia lepaskan serta semuanya masih hidup.

 

… Berarti yang mesti ditelusuri lebih jauh ialah siapakah yang memberi perintah kepada Prabowo untuk menculik, KSAD-kah, Pangab atau Pangti-kah?

 

Tindakan pertama ABRI segera setelah Soeharto lengser ialah berusaha mengungkap kasus penculikan para aktivis pro-demokrasi. Begitu Pangab Jenderal TNI Wiranto mengumumkan tujuh oknum anggota Kopassus sebagai tersangka kasus penculikan, banyak pihak memuji langkah tersebut, menilai bahwa ABRI tengah menuju perkembangan yang menggembirakan, karena sudah mulai transparan jika ada anggotanya terlibat dalam perkara besar.[2]

Wiranto lantas seakan-akan hendak memuaskan tuntutan masyarakat dengan membentuk Dewan Kehormatan Perwira (DKP), yang diketuai Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Subagyo H.S. DKP kemudian memeriksa Letnan Jenderal Prabowo Subianto, Mayor Jenderal Muchdi P.R. dan Kolonel Chairawan. Hasilnya, Prabowo Subianto diakhiri masa dinasnya (istilah lain dari diberhentikan dengan hormat) di ABRI. Sedangkan, Muchdi dan Chairawan dibebaskan dari semua tugas dan jabatan struktural di ABRI. Mereka terkena sanksi sehubungan dengan kasus penculikan yang dilakukan oleh Tim Mawar Kopassus, antara bulan Februari 1998 hingga Maret 1998. Tercatat belasan aktivis pro-demokrasi diculik, tiga di antaranya dapat meloloskan diri, yaitu Desmond Mahesa, Pius Lustrilanang, dan Nezar Patria.

Namun belakangan terbukti bahwa langkah Wiranto tersebut lebih bermakna politis—kalau tidak boleh dikatakan mengelabui publik—ketimbang kesungguhan institusi ABRI sendiri untuk mengungkap satu per satu kasus yang mengemuka di masyarakat, sebagai cermin kesungguhan ABRI untuk memperbaiki citra buruk dirinya. Kasus orang hilang sampai sekarang tidak terjawab tuntas. Padahal, Prabowo sudah mengakui perbuatannya. Di depan DKP, Prabowo mengungkapkan mengenai daftar sembilan aktivis yang harus diculik yang ia dapat dari atasannya, seraya mengatakan bahwa kesembilan orang itu menjadi tanggung jawabnya dan telah ia lepaskan serta semuanya masih hidup.[3] Bahkan, Haryanto Taslam kabarnya mengakui bahwa ia masih hidup karena Prabowo yang melepaskan.

Mengapa setelah DKP memeriksa Prabowo dan kawan-kawannya, pengusutan kasus penculikan lantas berhenti. Bukankah yang bersangkutan sudah bersedia dan menyatakan lebih senang bila kasusnya diselesaikan di mahkamah militer, sebagaimana keinginan masyarakat luas yang sangat berharap agar kasus ini dapat dituntaskan di mahkamah militer.[4] Dalam kamus tentara tentu saja mustahil ada operasi tanpa perintah atasan. Atau dengan kata lain, tidaklah mungkin seorang tentara berani mengambil inisiatif untuk melakukan operasi militer tanpa diperintah atasannya, apa pun pangkatnya. Berarti yang mesti ditelusuri lebih jauh ialah siapakah yang memberi perintah kepada Prabowo untuk menculik, KSAD-kah, Pangab atau Pangti-kah? Dengan mengikuti alur pertanyaan ini, maka tidak dilanjutkannya kasus Prabowo ke mahkamah militer adalah karena bila diungkap maka kemungkinan akan melibatkan banyak jenderal atau membongkar rahasia di Angkatan Darat sendiri.

 

Gedung_DPR_mei_1998

 

Di sini segera terlihat jelas muatan politis (baca: taktik dan tipu daya) dari langkah Wiranto. Pertama, ia berusaha merebut simpati publik dengan cara mengajukan sejumlah oknum Kopassus tadi dan bila perlu tidak segan-segan menjatuhi mereka hukuman.[5] Jadi, jatuhnya vonis hukuman buat anggota Tim Mawar seakan-akan hanya bermaksud menyenangkan publik. Tak terhindarkan muncul kesan bahwa ketujuh anggota Kopassus itu menjadi pihak yang dikorbankan. Penilaian ini didasarkan pada logika dalam kemiliteran bahwa tidak mungkin seorang berpangkat mayor dapat mengambil inisiatif sendiri atas suatu operasi.[6]

Kedua, dengan menangani lebih dahulu dan sesegera mungkin kasus penculikan yang melibatkan Prabowo, berarti terbuka luas kesempatan bagi Wiranto untuk menggeser Prabowo. Dan memang kelak, melalui temuan-temuan yang diperoleh DKP (Dewan Kehormatan Perwira), Wiranto punya alasan kuat untuk menamatkan karier Prabowo Subianto di milker. Ketika kemudian penyelidikan atas kasus ini seakan- akan terhenti, dengan tanpa melacak lebih lanjut ke tingkat yang lebih tinggi guna mencari tabu siapa yang memberi perintah kepada Prabowo, publik segera sadar bahwa pengungkapan kasus penculikan semata-mata mempunyai sasaran tunggal: yakni menggeser Prabowo.

 

“Saya rasa, keadilan terhadap perihal Prabowo Subianto terlihat kabur dan ngawur, karena seakan-akan segala tenaga menghujat terpusat pada Kopassus dan Prabowo Subianto. Mengapa segala sesuatu berada di pundaknya? Padahal, kita semua tahu banyak kesatuan lain dan perwira tinggi lain yang terlibat di situ.”

 

Setelah berhasil menyingkirkan Prabowo, Jenderal TNI Wiranto kemudian dengan leluasa melakukan konsolidasi (baca: pergeseran-pergeseran personel) di dalam tubuh TNI. Langkah tersebut dinilai banyak kalangan sebagai upaya membersihkan tubuh ABRI dari pengaruh Prabowo.[7]Puncak upaya marginalisasi para perwira yang dekat dengan Prabowo ialah dilakukannya mutasi besar-besaran 100 perwira ABRI pada 4 Januari 1999. Dengan demikian, Jenderal Wiranto telah melakukan usaha-usaha serius dan sistematis guna menyingkirkan Prabowo dan kelompoknya, di mana upaya pengungkapan kasus penculikan aktivis sebagai entry point-nya.

“Saya rasa, keadilan terhadap perihal Prabowo Subianto terlihat kabur dan ngawur, karena seakan-akan segala tenaga menghujat terpusat pada Kopassus dan Prabowo Subianto. Mengapa segala sesuatu berada di pundaknya? Padahal, kita semua tahu banyak kesatuan lain dan perwira tinggi lain yang terlibat di situ.” kata Sumitro suatu waktu kepada wartawan.[8] Sumitro mengeluarkan uneg-unegnya karena menyaksikan bahwa isi pemberitaan dari kalangan media cetak dan elektronika sudah termakan black propaganda yang diembuskan oleh pihak tertentu. Kalangan media massa banyak mengembangkan opini dari sumber-sumber yang obyektivitasnya diragukan. Dengan demikian, harapan akan keadilan dan sense of fair treatment masih kurang.

Sumitro mengatakan, dirinya menghargai dan menghormati Prabowo Subianto sebagai ksatria, serta berani mengambil tanggung jawab jika dalam melaksanakan tugasnya ada kesalahan. “Namun, tak boleh lupa, ada atasannya. Bahwa kalau ada penyimpangan di dalam ABRI maka ada dua tingkat atasannya yang harus tahu.”

Ayah Prabowo juga mengemukakan keheranannya mengapa pada tanggal 14 Mei 1998, Pangab Jenderal TNI Wiranto tetap ngotot untuk memberangkatkan semua jenderal penting ke Malang guna menghadiri upacara peralihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) dari Divisi I ke Divisi II, padahal sudah ada info bahwa bakal ada kerusuhan. Prabowo pun telah mengingatkan bahwa akan terjadi sesuatu, sehingga berpendapat agar Pangab dan jenderal-jenderal yang menjabat posisi-posisi strategis—seperti Kasad, Danjen Kopassus, dan juga dirinya (Pangkostrad)—agar tidak pergi ke Malang. Prabowo mengatakan apakah tidak sebaiknya ia berada di Jakarta untuk berjaga-jaga membantu Pangdam Mayjen Sjafrie Sjamsuddin. Namun, Wiranto tetap bersikeras bahwa semua harus berangkat meninggalkan Jakarta! Ini berarti mengorbankan keamanan Jakarta, untuk sebuah acara tak begitu penting di Malang, sebab penyerahan pasukan di Malang sebenarnya cukup dilakukan oleh Panglima Divisi! Padahal pada tanggal 12 Mei 1998 di Jakarta Barat sudah terjadi kerusuhan. Keadaan di Jakarta dengan cepat memburuk akibat jatuhnya korban tertembaknya mahasiswa Trisakti.

 

mei 1998

 

Seorang sumber harian Berita Buana[9] menyebutkan bahwa Prabowo berani mengingatkan Wiranto—bahkan konon mengusulkan agar acara di Malang ditunda[10]— karena dirinya mendapat informasi dari Kedutaan AS bahwa akan terjadi gerakan sejuta massa di Jakarta.

Singkat cerita, dalam desain rekayasa itu (kalau memang benar itu ada), Mabes ABRI tetap pada rencana semula: acara di Malang jalan terus! Pangab akan tetap hadir, Pangkostrad hadir juga, KSAD juga turut ke sana. Padahal, dalam keterangannya kepada TGPF, Kepala BIA menegaskan bahwa karena peristiwa penembakan di Trisakti, semua pasukan harus siaga satu![11]

Mengenai hal ini, Sumitro menilai sikap Wiranto sangatlah janggal dan menduga keras tersembunyi maksud-maksud terselubung mengapa ia “mengungsikan” para pimpinan pasukan ke luar Jakarta. Mengapa hanya Sjafrie yang disisakan di Jakarta dengan jumlah pasukan sedikit? Apakah ini sudah didesain? Bagi Sumitro hal inilah yang harus diusut tuntas guna menyingkap misteri tebal di seputar kerusuhan 13-15 Mei 1998. [Sumitro menilai sungguh aneh rekomendasi yang dikemukakan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) agar pemerintah mengusut pertemuan berbagai tokoh tanggal 14 Mei 1998 di Makostrad].

Pertanyaan selanjutnya, kelompok manakah yang membuat rekayasa sehingga dengan sengaja menyebabkan jatuhnya martir pada peristiwa penembakan mahasiswa Trisakti, yang terbukti sangat berperanan dalam memanaskan gerakan massa?

Pagi hari tanggal 14 Mei 1998, rombongan jenderal melenggang ke Malang. Di saat yang sama kerusuhan sudah meletus di Jakarta! Dan, baru pukul 12.30 rombongan tiba di Jakarta, saat situasi sudah sangat terlambat, sudah banyak gedung yang dibakar massa, sebagian Jakarta sudah hangus! Ketika Jakarta benar-benar porak-poranda, masyarakat dibuat keheranan karena Ibu Kota seakan-akan lowong tanpa adanya penjagaan pasukan sama-sekali, sehingga kerusuhan dengan cepat meluas. Hasil rekayasa siapakah ini?

+++

“Jelas sudah, dalam soal ini satu dari dua orang itu: Habi­bie atau Wiranto, pasti berdusta!” tegas Sumitro…

 

Presiden transisi B.J. Habibie di depan Forum Editor Asia-Jerman II di Istana Merdeka, tanggal 15 Februari 1999 mengatakan, bahwa sehari setelah Soeharto tumbang, Prabowo melakukan konsentrasi pasukan. “Pasukan di bawah komando seseorang, yang namanya tidak usah disembunyikan lagi, Jenderal Prabowo, sedang mengkonsentrasikan di beberapa tempat termasuk di rumah saya,” ucap Habibie.

Anehnya, keterangan Habibie itu langsung dibantah oleh Pangab Jenderal TNI Wiranto, dengan mengatakan bahwa keberadaan pasukan itu sesuai dengan prosedur tetap: mengamankan presiden dan wapres di saat genting. Padahal, dalam pernyataannya Habibie menyebutkan bahwa informasi tersebut bersumber dari Wiranto. Mantan Pangdam Jaya Syafrie Sjamsuddin, memastikan bahwa itu bukan pasukan Kostrad, melainkan pasukan Kopassus. Dalam briefing Pangab di Markas Komando Garnisun, 14 Mei 1998, Pangab memerintahkan kepada Pangkostrad Prabowo untuk mengamankan instalasi-instalasi vital. Dankoman (Komandan Korps Marinir) diperintahkan mengamankan konsulat dan kedubes, sedangkan Danjen Kopassus disuruh mengamankan RI-1 dan RI-2. Semua tugas itu di bawah kendali Pangkoops Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin.[12]

“Jelas sudah, dalam soal ini satu dari dua orang itu: Habi­bie atau Wiranto, pasti berdusta!” tegas Sumitro, seraya menambahkan ia tidak tahu apa maksud Habibie melontarkan isu semacam itu. Sumitro menceritakan pula bahwa sewaktu Habibie terpilih untuk memangku jabatan Wakil Presiden RI, Habibie secara khusus datang menemui Sumitro untuk mohon doa restunya agar ia dapat menjalankan tugas yang dipercayakan tersebut dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu, Sumitro sangat kecewa atas pernyataan-pernyataan Habibie yang selalu mendiskreditkan Prabowo. Sumitro juga membantah isue bahwa Prabowo sempat memaksakan niat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat, bahkan Panglima ABRI.

“Itu cuma black propaganda yang dilancarkan oleh orang-orang yang membenci Prabowo. Anda sekarang sudah bisa menduga-duga siapa-siapa orang tersebut. Dan, terutama saya yakin dugaan Anda pasti tepat!” tutur Sumitro.

 

*) Dicuplik dari buku Aristides Katoppo, dkk., Sumitro Djojohadikusumo: Jejak Perlawanan Begawan Pejuang (Jakarta: Sinar Harapan, 2000), Bab 46, dengan judul asli “Soal Prabowo”.

 


[1] Wawancara Sumitro Djojohadikusumo dengan wartawan The Busi­ness Times, Singapura, edisi 15-16 Februari 1997.

[2] Simak misalnya komentar pengamat politik dan militer Indonesia Dr. Harold Crouch. Ia menyebut langkah Wiranto itu sebagai suatu tindakan yang luar biasa. Lihat, Merdeka, 16 Juli 1998. Pujian terlalu dini dilontarkan pula oleh Prof. Daniel S. Lev, lihat dalam Merdeka, 21 Juni 1998.

[3] Prabowo berkesaksian bahwa ia tidak mengetahui hal-ihwal penculik 12 orang lainnya yang hingga sekarang masih belum kembali. Dengan demikian, berarti ada pihak-pihak lain di luar Prabowo yang juga turut “bermain” dan hingga sekarang belum terungkap

[4] Dalam jajak pendapat yang diadakan oleh majalah Gatra bersama Laboratorium Ilmu Politik, FISIP UI, di tiga kota Jakarta, Dili, dan Banda Aceh pada bulan September 1998 terungkap bahwa hampir semua respoden yakni 97,6 persen menginginkan kasus tersebut dilanjutkan ke mahkamah militer. Lihat Gatra, 10 Oktober 1998.

[5] Tujuh anggota Tim Mawar akhirnya dijatuhi hukuman, mereka dipersalahkan karena “mengambil inisiatif sendiri” untuk mengadakan serangkaian tindak penculikan terhadap para aktivis mahasiswa. Demikian dakwaan yang dibacakan oleh Oditur Militer. Tentu saja keterangan ini sungguh aneh dan sama sekali tak boleh dipercaya, mana mungkin dalam tradisi militer seorang berpangkat mayor dapat memimpin suatu operasi tanpa diketahui oleh atasannya? Seorang perwira tinggi ABRI ketika dikonfirmasikan ihwal ini, cuma berkomentar singkat, “Hukukam tersebut harus diterima. Itu memang risiko menjadi tentara!”

[6] Dalam dakwaan yang dibacakan oleh Oditur Militer Kolonel H. Harom Widjaja, ide penculikan datang dari Mayor Bambang Kristiono, 38 tahun. Komandan Pleton 42 Kopassus itu menilai aksi-aksi unjuk rasa yang dilakukan para aktivis radikal sudah mengganggu stabilitas nasional. Mei 1997, Bambang membentuk satuan tugas Tim Mawar. Tim ini, lanjut dakwaan Oditur Militer, beroperasi sangat rahasia dan tertutup, menggunakan metode hitam dengan pos komando yang berdiri sendiri. Bambang lalu memerintahkan anak buahnya untuk “mengamankan” para aktivis yang dicurigai. Penculikan pertama dilakukan terhadap Desmond pada 3 Februari 1998. Lihat, Majalah D&R No. 20/XXX/28 Desember 1998.

[7] Para petinggi ABRI, termasuk Jenderal Wiranto, membantah adanya pertikaian elit politik di tubuh tentara, termasuk mengenai pengelompokan-pengelompokan yang membagi tentara, “ABRI Merah Putih” dan “ABRI Hijau”. Namun, isu mengenai adanya persaingan antara kedua kelompok ini bertium semakin santernya di luaran, dan isu itu banyak bersumber dari kalangan dalam ABRI sendiri.

[8] Warta Berita Antara, 26 Nopember 1998.

[9] Berita Buana, edisi 24 Februari 1999

[10] Forum Keadilan, No.17. 30 November 1998.

[11] Forum Keadilan, No.17. 30 November 1998.

[12] Simak pula surat terbuka Letjen (Purn) Prabowo Subianto mengenai kejadian antara 12-22 Mei 1998 di Ibu Kota.


272 Comments

  1. singkiranesianesi says:

    tetap prabowo aku percaya orang teraniaya banyak berkahnya..jebloskan wiranto ke penjara nusa kambangan

  2. muli agusty masputra says:

    Dimana saya bisa dapat / beli buku ini :

    buku Aristides Katoppo, dkk., Sumitro Djojohadikusumo: Jejak Perlawanan Begawan Pejuang (Jakarta: Sinar Harapan, 2000), Bab 46, dengan judul asli “Soal Prabowo”.

    Mohon informasinya.

    Terimakasih.

  3. ayu says:

    Maju terus Pak Prabowo . Anda pantas untuk menjadi pemimpin Kami “BANGSA INDONESIA”
    Semoga Allah Meridhoi .

  4. ardison says:

    maju trus bapak prabowo

  5. moh.rosul says:

    Maju terus prabowo kami segenap tumpah darah indonesia tetap bersamamu.
    Menangkan prabowo-hatta demi harkat dan martabat bangsa.

  6. Ton'z says:

    Cuma Prabowo-Hatta yg pantas Pimpn Indonesia, dngn ketegasan bisa menjaga Kedaulatan NKRI .. Hidup Prabowo-Hatta,, Maju Trus ..

  7. 42443333 says:

    Semoga dari bukti-bukti yang ada dapat membuka mata hati warga Negara tercinta ini. termasuk mungkin para antek yg belum terbuka matanya. Perjuangan qt belum seberapa dibandingkan dengan orang tua kita di zaman penjajahan.

  8. dawala says:

    maju terus Prabowo,lawanlah musuh-musuh mu dengan senyuman bukan dengan kepalan…..BRAVO PRABOWO

  9. adek_2815 says:

    Artikel yg bgus n sangat menyentuh. Jika memang sprti itu adanya, semua kebenaran akan terungkap disaat yg tepat. Bravo n salut tukmu Jendral semoga Allah SWT membantu perjuanganmu, Amin YRA

  10. diplong says:

    salam indonesia raya

  11. pusaka jaya says:

    woo la pantes saja, ternyata mantan pimpinanya pak prabowo dulu bikin partai bahkan nyalon jadi capres dan cawapres ngga pernah jadi,, partainya saja jeblok. Ternyata itu hukum karma… Jujur kekasih Tuhan

  12. dwie astuti says:

    Sebenernya orang2 yang gak tau cuma banyak mulut aja menghakimi pak prabowo , kalau saya sebagai generasi muda yang lahir pada th 93 dan pada waktu itu mungkin ( tragedi 98 ) saya jg belum ingat , bagus saya ga ikut2an orang2 yg koar2 memojok’kan prabowo , lihat saja gagahnya prabowo , insya allah indonesia maju di tangan beliau .

  13. komar says:

    semua kubu hanya pencitraan… semoga yang terpilih yang terbaik.

  14. Restu says:

    Indonesia butuh pemimpin sepertimu jendral…
    Hidup prabowo

  15. budi aji says:

    blog seperti ini sangat bagus untuk memberi pengetahuan dan memberi pencerahan bagi para penerus bangsa tentang kebenaran sejarah ,tentang prabowo,wiranto dan habiebie

  16. bima ziah hadi says:

    Siapa yg salah&siapa yg benar akhirnya terungkap juga,maju terus Prabowo,jadikan RI macan dunia…

  17. hikmatul hazizi says:

    seorang jendral yang sudah ditempa dari berbagai macam ujian,,,,, dan apapun itu dia tetap tegar inilah alasannya mengapa saya mendukung pak prabowo untuk memimpin negara tercinta ini…… maju terus pak prabowo

  18. SALAM INDONESIA, HANYA PRABOWO YANG TAU SIAPA JEnDRAL PENGKHIANAT BANGSANya sendiri, satukan barisan untuk pemenangan prabowo hatta, borneo mendukung jendral prabowo.

  19. andre says:

    Cocok dibikin Novel nih.. detail banget ceritanya.

  20. Muh Sarjan Suling says:

    Merinding saat membaca artikel in.. Demi allah semoga kalian yg membuat fitnah terhadap Bapak Calon RI 1 Prabowo Segera Dihukum oleh allah.. Maju bpak jendral ???????????????????? ????? ??????????? ????????????????.. Yakin akan menjadi RI 1.. Masyarakat tidak buta pak, kami sekeluarga Besar akan Mendukungmu…

  21. irwan says:

    Prabowo Presiden RI

  22. nur budi says:

    Prabowo tegas, jujur dan ksatria…….. Insya Allah Jokowi presiden……

  23. kang kemod says:

    moal galider erek cageur prabowo kudu jadi presiden

  24. kang kemod says:

    selama prabowo menjungjung dan menempatkan Islam dan umatnya dengan baik saya yakin kepada Allah
    Prabowo jadi presiden

  25. Rizumu says:

    Hehe,,, Prabusiliwangi is very handsome :*

  26. abu says:

    Prabowo Mantep…

  27. indonesia raya prabowo hatta says:

    pada masa nya yg benar akan benar yg salah akan salah.. fakta yg berbicara waktu yg menentukan..

  28. sugeng sarianto says:

    bedalah….mana jendral macan dgn jendral kancil
    jaya prabowo……..jaya indonesia….

  29. iwan says:

    Saya pnya soal sbb :
    Apkah kasus 1998 bisa di ungkap stlah pak prabowo menjadi RI 1.? Biar masyrakat tau siapa Ƴanǵ bermain di blkg layar.ini juga untuk memperbaiki nama baik RI 1.

    • Pakde Rakino says:

      Moga2 nanti stlh presiden yang baru nanti digelar pengadilan ham di indonesia, daripada nanti yang mengadili pengadilan ham internasional. Biar rakyat dan para klg korban penculikan jadi tahu.

  30. yulin says:

    Alam sudah menyeleksi dan ternyata kebenaran tidak perlu dibela tapi kebenaran itulah yang akan membela .Prabowo sudah cukup sabar dan tidak perna membele diri saatnya sekarang Rakyat yg cinta negara indonesia harus membela dengan cara mimilih nomor 1 pada tgl 9 juli 2014…..tidak ada alasan jangan menyesal kalau salah pilih. Doa kami mengiringimu tetap semangat Tuhan pasti membela orang yang sabar seperti anda…

  31. Diday Coboy says:

    terlepas dari intrik2 politik,,suatu saat sejarah itu pula yang akan mengubahnya jgn merasa kuatir n takut utk para calon pemimpin negara siapapun anda dan darimana pun anda percayalah jika kt bersih dari noda kemunafikkan ,fitnah dan hujjatan akan terlepas dengan sendirinya oleh sejarah itu sendiri…

  32. Dian YS says:

    Banyak yg khawatir klo PS naik jd RI 1 kasus Century akan menghilang dan PS akan mengamankan kel. SBY.. Tp sy yakin PS bukan orang macam itu.. Bravo PS saya dukung anda jd RI 1..

  33. dian says:

    Bersihkan jendral2 yg telah berkianat kepada njenengan, termasuk antek2 golkar yg sekarang berada diketiak anda

  34. siti choiriyah says:

    DI METRO ADA DAGELANYA WIRANTO…LUCU DEH…

  35. Nhovenza says:

    banyak yg bilang jokowi menipu,jokowi munafik,
    jokowi buruk, jokowi tidak baik, jokowi ga ada
    prestasi, jokowi ga baik, trus yg baik siapa??
    prabowo?? aduhhhh,
    sekarang kita bisa cek aja kebenaran jokowi dan
    prabowo, kesalahan jokowi dan prabowo,
    silahkan di googling di hp anda masing2,
    kalian itu hanya melihat figur dan sosok, ga
    melihat dan berfikir secara benar, anda hanya
    melihat tayangan atau pemberita’an tentang
    citra jokowi yg tidak benar, dya ga benar
    dalam bidang apa?? siapa si yg ga mau di
    calonin jdi presiden, mikir, anda2 pun bila di
    tawarkan jadi presiden ga mungkin nolak,
    semua hanya kesempatan… yg ingin di coba
    jokowi karna dya merasa mampu membangun
    negara ini, anda2 hanya mendengar dan
    melihat presiden itu harus tegas, tegas dalam
    apa?? tegas itu bnyak arti nya, harus di
    jabarkan, aduhhh, jokowi di pilih sebagai capres
    itu adalah mandat, bukan ambisi dya, bnyak
    yg ngomong juga jokowi tukang PHP, solo di
    tinggalin, jakarta juga mau di tinggalin, aneh
    ada yg bisa berkata gtu… itu sebuah pilihan
    dan mandat, dya dipilih menjadi gubernur dki
    jakarta, blum setahun aja sudah banyak yg
    cela dan kritik, sekarang sya balikan ke anda
    semua, apa bisa gubernur sbelum2 jokowi 5
    tahun menjabat bisa atasi ke macetan, atasi
    banjir, ADA YG BISA GA?? ga ada yg bisa
    padahal sudah 5 tahun menjabat, lah ini
    jokowi belum 1 tahun aja sudah di cerca,di
    maki2, di kritik dgn pedas, aneh bagi saya..
    dan kata2 anda cuma nyontek dari iklan,berita
    dan surat kabar aja, bukan dari otak dan
    fikiran yg cerdas dari kalian sendiri, kritik itu
    harus sesuai kemampuan,bukti, dan harus
    100% real, sekarang anda2 yg berfikir,
    JANGAN KOTORI MULUT KALIAN DGN
    KATA2 SINDIRAN ATAU MEMAKI
    ORANG LAIN, tanpa ada sebab musabab nya,
    membangun ini negara ini bukan pake otot atau
    pake kata2 harus TEGAS, tegas dalam arti
    apa, pemikiran kalian sudah ke baca
    bagaimana anda berfikir di sekolah, berarti
    anda tidak pintar dan tidak cerdas di sekolah,
    prabowo di pecat jendral, bukan mantan
    jendral yg sah,
    begitu juga istri nya yg di cerai kan nya, yg
    jelas2 ayah dari mantan istri nya adalah anak
    pak suharto, siapa yg angkat dya menjadi
    jendral?? pak suharto,
    presiden tidak cukup dgn kata TEGAS, TAPI
    HARUS CERDAS…

  36. Yudi S says:

    Salut buat Prabowo, terus maju saya dukung anda sepenuhnya

  37. saya mah mau siapapun presidennya yang penting jujur serta bersih..
    jangan pernah ada yang di sembunyikan kebenarannya..udah gitu aj,
    terimakasih 😉

  38. mendut says:

    Majulah duhai ksatria, yang sudah lama dirundung lara tetapi tetap diam dan tidak angkat bicara atas segala penderitaannya. Yang menghalangi engkau pastilah orang yang sebenarnya bersalah. Semoga Allah menjaga pribadimu agar senantiasa berpegang teguh kepada ajaran agama dan menjunjung tinggi kerendahan hati serta budi pekerti yang mulia. Allahu Akbar

  39. hafid ailah says:

    PASTI NO 1

  40. anton says:

    lebih baik memilih pemimpin yang tanpa punya beban sejarah……

  41. RAkyat JElata says:

    mungkin dan barangkali JIKA “TIDAK ADA” aksi tegas / Tepat oleh Aparat di JAKARTA pada masa2 1998 itu..barangkali Jakarta dalam 2-3 hari saja Akan JADI LAUTAN API !!!! ( Na’uzubillah ), Kadang kita ( Manusiawi) sesekali Memukul/mencubit Anak kita yang masih Nakal setelah berkali kali di Nasehati /dimarahi, Apalagi kenakalan anak itu bisa membahayakan Orang Banyak, Punishment dan Pemberian Resiko atas ketidaktaatan TERNYATA sat ini masih Cukup diandalkan untuk mengatasi Ketidaktaatan… AIR muka PAk Prabowo pada Pic Mencabutan lencana ( Picture diatas).. JELASSSSS sekali IKHLAS dan TABAH.. Semoga ALLAH SWT menunjukan Kebenaran dan KEadilan untuk Bangsa yang kita Cintai ini.. Aamin Y RA,

  42. M.Luis Amstrong says:

    kalo memang bapak jokowi seseorang yang bertanggung jawab,maka beliau tidak akan meninggalkan solo atau jakarta begitu saja demi kepentingan pihak lain. di sini jelas pak jokowi walaupun di bilang tidak berambisi,akan tetapi beliau berambisi demi orang lain.
    mohon maaf kalo sya salah,ini hanya komentar saya tentang pak jokowi. siapapun presidennya kalau mempunyai hati tulus untuk memajukan bangsa,maka segenap rakyat indonsia akan mendoakan serta medukung!

  43. siti nurasiah says:

    prabowo seorang ksatria berani bertanggung jawab atas perbuatan yang bukan atas kehendak pribadinya…. salut buat pak prabowo…bravo…

Leave a reply to diplong Cancel reply